Kamis, 10 November 2011
Siang dan Malam
Sabtu, 06 November 2010
Hidup itu KERAS
Waaah, udah lama banget ga nulis blog. Lebih tepatnya ga update blog ini, karena selama ini gue nulis di rizkyanandapratama.blogspot.com . blog baru gue, yang gue buat untuk kepentingan kuliah gue, karena dosen mata kuliah sistem informasi manajemen yang gue ambil, nyuruh posting setiap tugas yang dia suruh melalui blog. Bagus juga sih ide dia, jadi bisa lebih menghemat kertas dan bisa mencegah global warming. Jadi, ya di blog gue yang itu, isinya Cuma seputaran mata kuliah sistem informasi manajemen.
Lama juga ya gue ga nulis tentang kabar terbaru dari gue. Gue baca postingan-postingan terakhir gue, masih tentang cinta yang gue tulis pas gue dimabuk asmara stadium 4 hehehe. Walaupun gue sekarang masih jalan sama si coro busuk sama nadhira, tapi ya perasaan gue ke dia udah berkembang lebih dewasa dari sebelumnya. Ga terlalu menye-menye kayak lagu melayu lagi. *peace ro*
Banyak banget yang mau gue tulis. Tapi, pada saat gue dapat ide untuk nulis, gue kebentur masalah yang sangat rumit. Gue ga punya koneksi internet pribadi kayak dulu lagi T_T. kalau dulu, koneksi internet gue lancar, sekarang mah kaga. Karena duit yang gue alokasikan untuk membeli pulsa internetan, harus gue relakan untuk kepentingan pacaran. Sebuah konsekuensi yang harus diambil kalau kita sedang membangun sebuah hubungan dengan lawan jenis.
Well, cukup deh cerita tentang cinta cintaan. Sekarang kita lanjut lagi dengan hal yang lainnya.
Dua hari yang lalu (tanggal 4 november 2010), akhirnya gue dapat gaji pertama gue! Senang banget rasanya, udah punya penghasilan sendiri. Walaupun ga seberapa, tapi gue puas, karena itu hasil keringat gue sendiri. Ga sia sia perjuangan gue selama ini hehe.
Tapi, bokap nyokap gue masih ngeremehin gue. Mereka bilang “cape-cape kerja kok Cuma dapet dikit?”. Sedih banget gue di komentarin gitu. Mereka kayak ga ngehargain hasil keringat gue. Gue jadi keingat pertanyaan yang dilemparkan oleh salah satu dosen gue, “kalian pilih yang mana, kerja 80% penghasilan 20%, atau kerja 20% penghasilan 80% ?” hampir seluruh isi kelas,termasuk gue, milih pilihan yang kedua. Yaitu kerja 20% dan penghasilan 80%. Menurut si dosen, pilihan yang kedua itu ga masuk akal. Mana ada pekerjaan di dunia ini yang kerjanya dikit, tapi penghasilannya besar. Dari kejadian itu, gue bisa ngambil kesimpulan kalau orang-orang disekitar gue rata-rata bermental kapitalis. Mereka hanya mau kerja sedikit, sedangkan hasilnya banyak. Padahal untuk menghasilkan sesuatu, kita harus mengerjakan banyak hal. bokap nyokap gue sepertinya juga termasuk yang berpaham kapitalis seperti ini. mungkin ini pengaruh ilmu yang mereka dapat di perguruan tinggi, secara bokap nyokap gue sama sama lulusan fakultas ekonomi dan bergelar sarjana ekonomi. Gue sebagai mahasiswa ekonomi juga mengakui hampir semua ilmu yang diajarkan di fakultas gue mengandung unsur kapitalis.
Semalam (tanggal 5 november 2010), gue terlibat pembicaraan yang dapat digolongkan sebagai sesi tukar pikiran bersama teman kampus gue. Dia udah termasuk mahasiswa yang mapan, karena dia udah bisa menghasilkan penghasilan yang lumayan untuk ukuran mahasiswa. Dan dia juga udah memiliki jabatan di salah satu lembaga bimbingan belajar di tempat gue. Intinya karir dia beberapa langkah lebih jauh daripada karir gue.
Dulu gue ngerasa kalau tempat gue kerja terlalu menindas anak baru. Tapi, dari hasil tukar pikiran dengan temen gue itu, pikiran gue sedikit lebih terbuka. Gue mendapatkan inti, kalau mau kerja itu ga gampang, dan dari “penempahan” yang dilakukan di tempat kerja gue, ataupun di tempat kerja lainnya, merupakan sebuah penggambaran bahwa hidup ini keras. Kalau selama ini, gue masih bergantung sama orang tua, apa yang gue mau gue tinggal minta, tapi gara-gara gue udah kerja gue bisa tau kalau hidup itu ga semudah kita meminta pada orang tua kita. Jadi, penindasan yang selama ini gue rasa di tempat kerja gue, menurut gue adalah hal yang wajar. Karena itu bagian dari pembentukan mental gue sebagai public speaker. Mungkin, gue ngerasa tersiksa karna gue selama ini terbiasa hidup manja, dan begitu gue di tindas, gue langsung ngerasa gondok sendiri.
Ngomongin soal kerja banyak hasil dikit, pacar gue bilang kalau moto kerja banyak hasil dikit ga berlaku untuk anggota DPR. Kata doi, para anggota DPR itu hanya bisa tidur di ruang rapat, dan menerima gaji yang banyak. Memang sih kenyataan yang kita lihat seperti itu. Tapi gue mencoba berfikir out of the box. Coba kita semua pikir, berapa modal dan usaha yang harus dilakukan oleh seseorang yang ingin menjadi anggota DPR? Ga dikit modal dan usaha yang diperlukan. Mereka harus menurunkan harga diri mereka serendah-rendahnya untuk bisa kepilih dengan cara memasang foto mereka di pinggir-pinggir jalan. Selain itu, biaya untuk kampanye ga bisa dibilang dikit. Dan kalau kita masih ingat, pada pemilihan umum terakhir, banyak orang yang setres bahkan gila, karena gagal menjadi anggota DPR. Kalau udah kena gangguan jiwa, berarti masa depan dia udah hancur, dan nasib keluarga dia menjadi ga jelas. Kalau kita hitung-hitung, banyak banget yang dipertaruhkan oleh seseorang yang ingin menjadi seorang anggota DPR yang hanya memiliki masa jabatan selama 5 tahun. Harga diri, harta benda, keluarga, masa depan, semua dipertaruhkan bagi seseorang yang ingin menjadi anggota DPR. Kalau taruhan yang mereka lakukan itu dibandingkan dengan penghasilan yang mereka peroleh selama 5 tahun mereka menjabat sebagai wakil rakyat, mungkin bisa dibilang ga sebanding.
Gue sadar sekarang, ga ada sesuatu yang dengan mudahnya kita dapatkan di dunia ini. gue sekarang udah mulai berhenti berfikir kalau segala sesuatu yang gue inginkan bisa dengan mudah gue minta sama orang tua gue. Dan yang pasti, sekarang gue mau lebih berusaha untuk jadi lebih baik, dan tentunya menambah pundi-pundi gue dengan cara bekerja lebih keras. Memang sih, untuk bekerja lebih keras kita harus mengorbankan banyak hal. Tapi, kalau ga mau gitu, jangan harap kita bakalan dapat hasil yang banyak. Jangan Cuma mikirin hasil, tapi juga mikirin proses untuk mendapatkan hasil itu. Berhentilah memikirkan hasil! Selalu ingat, kerja 80% dan hasil 20%.
Sabtu, 21 Agustus 2010
Seratus Hari Untuk Selamanya
Seratus hari. Kalau dengar kata seratus, pasti dipikiran kita terbayang sesuatu yang besar atau panjang. Padahal seratus hari itu hanya tiga bulan lebih delapan hari. Kalau udah dihitung dari bulannya, baru deh terasa singkat. Seratus hari sebenarnya bukan waktu yang panjang dan juga bukan waktu yang singkat. seratus hari, kita berasa ngejalaninnya selama satu tahun. Lebay? Ga juga. seperti yang aku dan coro ku tercinta jalani. kalau ngedengar cerita-cerita selama kami bersama, kamu bakalan ngerti, kenapa aku bilang seratus hari itu bagaikan satu tahun.
Semua cerita ada deh, dari cerita romantic, sampai cerita terkonyol sejagad. Mungkin ga semuanya bisa di sharing, karena ada beberapa cerita(banyak sih sebenarnya) yang hanya boleh diketahui oleh kami berdua dan tentu saja Tuhan.
Ga semua yang kami jalani itu manis. Kadang juga kami ngerasain pahit. Berantem, ngambek, egois, semuanya udah kami rasain. Seperti di video game, kalau kita berhasil ngelewatin tantangan, kita bakalan naik level. Begitu juga dengan hubungan kami. Banyak banget tantangan yang kami hadapi. Dan mudah-mudahan hukum video game juga berlaku di hubungan kami. Jadi bisa dibilang kami bukan newbie lagi. Kami udah lebih kuat dibandingakan dengan kami di tiga bulan yang lalu.
Mungkin kami yang sekarang, ga se-hot kami yang dulu. Ini bukan mau kami. Ini bukan karena kami bosan satu sama lain. Tapi keadaan yang memaksa. Kesibukan ku menyita waktuku untuknya. Mungkin kami ga bisa sering-sering jalan naik mobil, karena orang tuaku juga udah jarang keluar kota. dan yang lebih parahnya, ayahku memilih untuk kembali kerja di kota ini. sepertinya ini tantangan yang diberikan oleh takdir. Mungkin takdir ingin melihat sejauh mana kita bisa bertahan dengan kondisi seperti ini. tapi aku yakin kita bisa ngelewatin semua ini.
Status kita sekarang mungkin bisa dibilang semi-backstreet. Kenapa semi? Karena orang tua kita masing-masing mengetahui hubungan kita, tapi kita belum dikasih lampu hijau. Menurutku sih wajar aja. Soalnya kita masih terlalu muda untuk merajut hubungan yang serius. Dan jarang banget ada anak muda slenge’an kayak kita yang mau merajut sebuah hubungan yang serius. Kedua orang tua kita hanya ga mau kita terluka. Jadi wajar aja mereka gitu. Aku sih ga masalah sayang, aku harap kamu juga gitu, dan bisa ngertiin situasi kita.
Bentar lagi kamu bakalan mulai kuliah. Sepertinya ini salah satu tantangan yang harus kita lewati. Mudah-mudahan setelah kamu kuliah, rasa kamu ke aku ga bakalan berubah ataupun berkurang. Mungkin kalau baca kalimatku ini, kamu bakal mikir kalau aku ga pecaya sama kamu. Tapi cobalah kamu berfikir sedikit realistis sayang. Aku percaya kalau kamu sangat mencintaiku dan kamu juga ga mau mencari lelaki lain selain aku. Tapi apakah hal ini tetap berlaku bila suatu hari nanti kamu bertemu dengan seorang lelaki yang lebih baik dari aku, dan dia dapat mencuri hatimu? Dan aku juga ga mau hal ini terjadi. Jadi aku harap kamu ga bakalan berubah walaupun kamu ntar kuliah dan mulai bergaul di lingkungan baru.
Selain itu, aku takut kita bakalan punya dunia masing-masing. Kamu sibuk sama dunia kamu, aku juga sibuk sama dunia aku. Aku ga mau itu terjadi. Mudah-mudahan ga gitu ya sayang. Kita tetap jaga komunikasi ya sayang. Cuma itu cara satu-satunya supaya kita ga sibuk dengan dunia masing-masing dan akhirnya melupakan satu sama lain. Aku percaya, kita bisa bertahan dengan kondisi yang kayak gini.
Jujur, aku sangat merindukan 3 bulan yang lalu. bulan pertama kita. terlalu banyak kenangan indah disana yang membuat aku ingin kembali kesana. Tapi, seperti yang kamu katakan pada ku, lebih baik pergi ke lima tahun yang akan datang, dimana kita sudah menikah, dibandingkan pergi ke bulan pertama kita jadian. Dan dalam hal ini kamu berfikir dewasa dibandingkan aku sayang. Aku juga ingin pergi ke lima tahun yang akan datang, dimana kita sudah menikah. Aku bisa ngejaga kamu siang dan malam. Kalau kamu sakit aku bisa ada disamping kamu. Ga kayak sekarang, kamu sakit aja aku ga tau mau berbuat apa selain nyemangatin kamu. Kalau aja ada pintu ajaib doraemon, aku mau pinjem deh untuk pergi ke kamar kamu. Nemenin kamu tidur setiap malam, ngejagain kamu kalau kamu sakit, nemenin kamu kalau kamu kesepian, pokoknya ngelakuin apa aja supaya ada senyum di wajah kamu.
Aku cinta kamu coroku. Ngomong-ngomong, panggilan sayang kita udah banyak banget ya sayangku, ada ulat,tetsu,unyu,gendut,jelek,coro,curut. Dan yang terbaru adalah Mojo Jojo T_T Dasar pasangan labil. Hehehehe
Back to topic, aku cinta kamu coroku,unyuku,ndutku,ulatku…. Aku mau lima tahun lagi kita udah nikah. Aku mau hubungan kita selamanya. Aku mau jadi tetsu kamu untuk selamanya, aku mau jadi unyu kamu untuk selamanya, aku mau jadi jeleknya kamu untuk selamanya, dan aku mau jadi curut kamu untuk selamanya. Aku ga bakalan lelah mencintai kamu sayang. Kita udah seratus hari. Dan kita udah banyak melukis kisah. Jangan pernah lelah melukis kisah kita bersama ya sayang. Seratus hari belum ada apa-apanya dibandingkan dengan lima tahun. Happy 100 days honey.. Aku cinta kamu.. muaacch